Dongeng wacana moral untuk anak yang sanggup diceritakan sebagai pengantar tidur untuk membangun kepribadian anak menjadi sosok yang positif. |
Dongeng wacana moral untuk anak sangatlah banyak. Membacakan dongeng pengantar tidur untuk anak terbukti memberi efek besar pada perkembangan tingkah laris maupun kepribadian anak. Sebab itu, Anda sebagai orang renta harus terpelajar untuk memilah kisah dongeng yang mengedukasi, tidak cukup sekadar menghibur saja. Di bawah ini ialah beberapa rekomendasi dongeng bermanfaat untuk buah hati Anda.
1. Si Kancil dan Siput
Dongeng yang satu ini sangat terkenal alasannya sarat akan pengajaran bagi anak. Kisah berawal dari Kancil yang dengan angkuh menyebut dirinya sebagai yang tercepat dan terpandai di hutan. Siput yang mendengar deklarasi tersebut lantas membalas Kancil yang jumawa bahwa bergotong-royong beliau lebih pandai dan cepat dibandingkan Sang Kancil. Mereka pun setuju untuk mengadakan lomba lari pada keesokan harinya.
Apa hasil dari pertandingan tersebut? Siput berhasil mengalahkan Kancil. Kemenangan tersebut sanggup dicapai berkat taktik brilian Siput untuk mengumpulkan kawanannya, di mana kemudian mereka berbaris dan bergantian muncul sepanjang jalur perlombaan hingga garis final. Setelah dikalahkan, Kancil pun mengakui kebijaksanaan Siput dan berhenti menjadi sosok yang sombong.
Pesan moral dari dongeng ini berkhasiat untuk mengajarkan anak supaya tidak menjadi langsung yang tinggi hati menyerupai Kancil dan tidak gampang mengalah pada keadaan alasannya dalam setiap kesulitan niscaya ada jalan keluar sebagaimana dibuktikan oleh Siput. Namun, Anda juga perlu berhati-hati supaya anak tidak menyalahartikan taktik Siput sebagai pembenaran untuk menempuh cara apa pun dalam memenangkan sebuah kompetisi.
2. Keledai dan Kuda
Dongeng wacana moral untuk anak selanjutnya ialah kisah Keledai dan Kuda. Suatu masa, seekor Keledai merasa iri melihat kehidupan seekor Kuda dengan Tuan yang sama dengannya. Keledai merasa bahwa nasib Sang Kuda jauh lebih baik darinya. Ia mendapat sangkar sewajarnya, sedangkan Kuda mempunyai sangkar yang bagus. Keledai harus bekerja sepanjang waktu, tidak demikian halnya dengan Kuda. Padahal, makanan yang diberikan pada Kuda mempunyai kualitas lebih baik.
Namun, sebuah bencana yang membukakan mata Keledai pun terjadi. Tuan mereka harus pergi ke medang perang. Sang Kuda pun keluar dari sangkar untuk pertama kalinya, ditunggangi ke area pertempuran. Kuda itu merasa besar hati dan terhormat. Sayangnya, tak berselang lama, ia pun tewas dengan mengenaskan. Keledai alhasil mengerti bahwa ia tidak perlu merasa iri kepada Kuda alasannya hal yang tampak indah tidak selalu sesuai dengan realitanya.
Menceritakan kisah dongeng ini sanggup mengajarkan anak untuk menyingkirkan rasa iri dan dengki dari hati mereka serta mendidik untuk menjadi langsung yang senantiasa bersyukur pada setiap kondisi yang dialami. Mereka juga sanggup berguru bahwa ekspektasi dan realita tidak selalu berjalan beriringan sehingga tidak perlu mengharap sesuatu secara berlebih.
3. Raja Yang Bodoh
Dahulu, ada seorang Raja yang gemar mengoleksi pakaian indah dan glamor yang tentunya menghabiskan banyak dana untuk pembuatannya. Ia tidak peduli pada rakyatnya yang kekurangan dan sibuk memenuhi hasratnya tersebut. Perilaku Sang Raja kemudian hingga pada indera pendengaran dua orang cowok yang ingin memberinya pelajaran. Mereka pun mengaku sebagai perancang busana ajaib yang hanya sanggup terlihat oleh orang-orang pintar. Raja lantas memanggil mereka ke Istana.
Mereka diberi uang dan benang emas untuk menciptakan pakaian terbaik. Namun ketika pakaian disebut telah selesai, Sang Raja tidak sanggup melihat busana tersebut. Tetapi alasannya tak ingin dibilang bodoh, beliau berkata sanggup melihat dan memakainya. Sampai ketika konvoi, seorang anak kecil menyebutnya telanjang, barulah ia menyadari semua kesalahannya ; ketidakpedulian pada rakyat dan kebodohannya. Sebuah dongeng wacana moral untuk anak yang sarat pelajaran berharga.